STRATEGI PEMASARAN TOKO ONLINE


Berbagai cara dilakukan situs belanja online untuk meningkatkan jumlah pengunjung dan transaksi. Bhinneka.com, ambil contoh, terus berusaha menambah inovasi fitur di situsnya. Adapun Blibli.com lebih memilih fokus pada segmen khusus.

Pertumbuhan jumlah toko online di jagat maya seperti cendawan di musim hujan. Hampir setiap saat bermunculan toko-toko baru dengan aneka jenis dagangan yang berbeda-beda. Kondisi ini tentu “memaksa” pemain toko onlineyang sudah lama eksis agar terus berbenah sehingga pasarnya tak direbut pemain baru.

Lihat apa yang ditempuh Bhinneka.com. Toko online yang sudah membuka lapaknya di dunia maya sejak 12 tahun lalu itu, akhir Juni lalu mereka menambahkan fitur baru, yaitu Tawar. Lewat fitur ini, calon pembeli yang berkunjung ke situs Bhinneka bisa menawar produk yang dia inginkan. Misalnya, laptop seharga Rp 5 juta bisa ditawar lebih murah lagi.

Hendrik Tio, Presiden Direktur sekaligus pendiri Bhinneka.com menjelaskan, fitur anyar tersebut merupakan salah satu upaya mereka dalam memberikan pengalaman belanja yang menyenangkan kepada para pelanggannya. Meski belanja online, pembeli tetap bisa menawar layaknya berbelanja di Glodok atau Mangga Dua.

Menurut Hendrik, Bhinneka, mengeluarkan fitur ini karena melihat kebiasaan orang Indonesia yang memang suka menawar saat membeli suatu barang. “Kebanyakan mereka suka menawar,” katanya. Ia pun mengklaim fitur ini merupakan yang pertama di dunia situs online.

Fitur Tawar ini memang cukup menarik. Pengunjung dapat memilih tenagacustomer service yang diinginkan untuk melayani aktivitas tawar-menawar. Caranya dengan mengeklik fotonya. Meski bisa memilih pelayan, pada dasarnya yang melayani aktivitas tawar-menawar itu adalah sebuah mesin. Toh, proses tawar-menawarnya tetap berlangsung menarik. Gambar si pelayan yang dapat berubah-ubah dengan aneka pose menawarkan atau meminta harga dinaikkan lagi. 

Ketika harga penawaran dianggap terlalu rendah, si pelayan akan terus membujuk. “Ini seperti model pressure, kan ini proses tawar-menawar, otomatis pihak yang ditawar kadang bisa berpura-pura bersikap jual mahal,” kata Hendrik.

Sejatinya, lanjut dia, setiap produk sudah memiliki batas harga terbawah. Tujuannya untuk menghindari orang menawar di bawah harga wajar. Tapi bagi pengunjung yang pandai menawar, tentu tetap berpeluang mendapatkan harga bagus dan sesuai dengan keinginannya. 


Pengunjung meningkat

Meski sudah meluncur sejak dua bulan lalu, Hendrik mengaku belum ada dampak yang signifikan terhadap peningkatan jumlah pengunjung maupun transaksi dari fitur ini. Salah satu penyebabnya adalah jumlah produk yang bisa ditawar masih terbatas.

Tapi secara keseluruhan jumlah pengunjung yang masuk ke situs Bhinneka.com saat ini sudah mengalami peningkatan sangat besar dibandingkan dengan tahun lalu. Jika tahun lalu rata-rata Bhinneka.com dikunjungi sekitar 50.000 visitors per hari, sekarang sudah mencapai 120.000 pengunjung per hari. 

Berdasarkan data dari Alexa.com yang merupakan situs pemeringkat website, saat ini Bhinneka.com ada di peringkat ke-52 situs di Indonesia yang paling sering dikunjungi.

Menurut Hendrik, posisi itu bisa dicapai karena Bhinneka terus melakukan inovasi dan membuat fitur-fitur yang menarik. Selain fitur Tawar, ada juga fitur Harga Rebutan yang menjadi fitur terfavorit sekarang. Melalui fasilitas ini para pengunjung harus berebut mendapatkan harga termurah saat membeli suatu barang di Bhinneka. Siapa cepat, dia dapat.

Agar tampil menarik, Bhinneka.com juga membatasi etalasenya hanya untuk menampilkan produk yang sedang tren dan berdaya jual cepat. Terutama produk-produk komputer dan gadget, yang perkembangannya berubah cepat dan banyak diburu konsumen. 

Tak hanya dari sisi fitur dan produk, Bhinneka juga membuka toko atau gerai offline di sejumlah pusat perbelanjaan dan dipusatkan di Jakarta. Seperti di mal ITC Mangga Dua, ITC Ambassador, Ratu Plaza, Pacific Place, Cibubur Junction, dan Point Square. 

Selain sebagai tempat memajang produk, tujuan pendirian gerai offline adalah meyakinkan konsumen bahwa Bhinneka.com bukanlah perusahaan fiktif, alias benar-benar ada. Maklum, masih banyak masyarakat yang belum terlalu nyaman berbelanja secara online.


Bukan situs pembanding harga

Fokus pada inovasi inilah yang turut terbukti mampu membawa Bhinneka.com bertahan sejak didirikan pada 1999. Pada awal berdiri, situs ini hanya dikunjungi oleh 50 orang saban hari. Waktu itu, biasanya pengunjung yang masuk ke Bhinneka.com hanya mengeklik produk elektronik. 
Rupanya, banyak calon pembeli di dunia maya maupun yang ingin membeli produk elektronik di gerai offline di berbagai kota, seringkali mengunjungi situs Bhinneka terlebih dulu. Setelah itu baru si pengunjung memutuskan membeli produk yang diinginkan.

Fenomena itu disadari betul oleh Hendrik. Dia tidak ingin Bhinneka.com hanya dijadikan sebagai tempat pembanding harga oleh konsumen. 

Berangkat dari situ, ia meracik Bhinneka.com menjadi lebih menarik dengan beragam fitur. Tujuannya agar pengunjung yang semula masuk ke situs itu tidak lagi cuma membandingkan harga, tapi juga tertarik membeli langsung dari Bhinneka.com. “Respons yang kami terima dari user existing cukup bagus, mereka merasa senang bisa mencoba fitur-fitur kreatif kami,” ujar Hendrik.


Menyasar pasar atas

Lain halnya dengan Blibli.com. Perusahaan e-commerce yang baru berdiri sekitar setahun lalu itu punya strategi berbeda dalam meningkatkan pengunjung dan penjualan produk di situsnya. Yakni, memfokuskan pada segmen pasar kelas menengah atas.

Otomatis, Blibli.com juga harus menyesuaikan produk yang disajikan. Salah satunya melalui penyaringan merek. Jadi, hanya barang-barang berkelas dan merek ternama yang dipajang di situs itu. 

Misalnya untuk produk pakaian, situs Blibli.com hanya akan menyediakan pakaian bermerek seperti The Executive, Vivere, dan lain-lain. “Kami akan seperti mal di dunia maya dengan produk-produk terbaik,” tutur Ivan W. Hudyana, Head of Marketing BliBli.com.

Tak hanya pada produk bermerek dan ternama, pengelola situs Blibli.com. juga memperhatikan pengemasan produk dagangannya agar memikat orang-orang kaya. Menurut Ivan, sebelum diantar ke konsumen, produk yang dibeli itu akan dikemas sedemikian rupa sehingga tampil lebih elegan dan menarik khas Blibli.com. 

Ivan yakin, pengemasan khusus itu bakal menjadi pembeda situsnya dengan situs e-commerce lain. Target lain yang dari kemasan khusus tersebut yakni bertujuan mendongkrak brand Blibli.com tersebut di mata para konsumennya. “Karena kami jalan belum ada setahun, maka langkah awal kami adalah memperkuat brand terlebih dulu,” kata dia.

Dengan strategi pemasaran seperti itu, pengelola Blibli.com yakin bisa memikat para pembeli di dunia maya. Apalagi, saat ini belum ada toko online yang fokus pada segmen tertentu. Tak heran jika Ivan berani pasang target tinggi. Kata dia, dalam tiga tahun ke depan, Blibli.com bisa menjadi situs belanja online terbesar ketiga di Indonesia.

Saat ini, Blibli.com dikunjungi oleh sekitar 10.000 pengunjung per hari. Berdasarkan Alexa.com, Blibli.com kini masih bercokol di urutan ke-186 situs yang paling sering dikunjungi di Indonesia.

Siapa bilang bisnis online tak perlu kerja keras?

0 komentar:

Posting Komentar

 

World © 2011 Design by Best Blogger Templates | Sponsored by HD Wallpapers